Flower



Bunga, sebuah simbol yang sering dikaitkan dengan seorang gadis. Bentuk dan warna mahkotanya menjadi daya tarik untuk mengundang serangga. Begitu pula seorang gadis, mereka mempunyai daya tarik yang berbeda untuk menarik lawan jenisnya.

Entah mengapa kali ini tanganku menuntun kuas yang ku pegang untuk melukis pohon yang berbunga. Aku merasa dituntun oleh imajinasiku. Jika dilihat, pohon itu jadi lebih indah karenanya. Warnanya menjadi lebih beragam dan sedap dipandang. Seperti kehidupanku saat ini, lebih indah dan bermakna karena ada seorang gadis yang selalu menemaniku.

Watanabe Miyuki, itulah namanya. Gadis yang akrab disapa Milky itu merupakan anggota idol group NMB48, saudari AKB48. Aku sudah lama memendam perasaan ini padanya. Ya, karena ada Golden Rules aku tak mungkin bisa memilikinya saat ini.

Namun walau begitu, aku adalah teman baiknya. Saat ini aku dan Milky berguru di Osaka University. Osaka merupakan kota tujuanku di Jepang. Aku ingin bertemu dengan L’arc~en~Ciel, band papan atas favoritku yang berasal dari kota itu. Aku datang jauh dari Indonesia hanya untuk bertemu mereka. Tetapi dengan alasan menempuh pendidikan akhirnya orang tuaku mengijinkan.

Awalnya aku tidak senang dengan mata kuliah yang kujalani saat ini. Karena jurusannya tak sesuai dengan yang ku inginkan. Sastra. Aku kurang menyukai sastra. Aku lebih senang dengan seni rupa dan musik. Tapi aku tetap harus menjalani semua ini karena keinginanku. Dan kehadiran Milky merupakan penyemangatku disini.
                              ↔↔↔↔
*Intro*
Sou kidzuiteita gogo no hikari mada
Boku wa nemutteru
Omoidouri ni naranai shinario wa
......

Terdengar lagu favoritku di ponsel secara tiba-tiba. Sepertinya ada yang menelpon. Mengganggu imajinasiku saja. Namun setelah aku melihat penelpon itu adalah Milky, hatiku mendadak gembira. Aku segera mengangkat telponnya.

“Moshi-moshi,” aku memulai.
“Moshi-moshi, Arjuna-kun. Saat ini kau sedang apa? Aku butuh bantuanmu,” jawab Milky.
“Aku sedang melukis, Milky-chan. Imajinasiku saat ini tak dapat ku tahan lagi. Kalau kau butuh bantuanku, mungkin setelah lukisanku selesai.”
“Begitu, ya? Aku ingin kau membantuku menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang dikumpulkan hingga minggu depan. Besok aku harus ke Tokyo sampai 2 minggu.”
“Ok. Aku akan menemuimu di tempat biasa. Tugas-tugasmu akan ku selesaikan tepat waktu,” ujarku.
“Arigatou, Arjuna-kun,” kemudian ia menutup telponnya.

Setelah ia menelpon, mood-ku jadi sedikit bertambah. Aku makin semangat menyelesaikan lukisanku. Hasilnya lebih bagus dari yang ku bayangkan. Kemudian aku segera menemui Milky.
                              ↔↔↔↔
“Milky-chan, sudah lama menunggu?” tanyaku.
“Kau ini. Aku sudah menunggumu sejam yang lalu, Arjuna-kun,” jawab Milky.
“Oh, gomen. Gomennasai, Milky-chan.”
“sudahlah. Kau tak perlu meminta maaf. Aku sudah terbiasa menunggumu seperti ini. Ayo sekarang kita selesaikan tugasnya.”
“Hai’,” jawabku.

Disini aku bisa melihat wajah serius Milky. Ia selalu membagi waktu antara kuliah, latihan, dan show. Karena ia terkadang dipilih menjadi senbatsu atau undergirls, ia sering pergi ke Tokyo. Kesempatan langka inilah yang ku gunakan untuk menyenangkan hatinya.

“Arjuna-kun, aku selalu heran. Mengapa jika mengerjakan tugas seperti ini kau selalu mendapat nilai A? Namun jika ada ulangan, mengapa selalu mendapat nilai D?” tanya Milky tiba-tiba.
“Oh, itu. Begini, Milky-cahan, jika ada tugas, aku langsung menyelesaikannya dengan cepat dan teliti. Namun aku tak pernah belajar. Biasanya setelah mengerjakan tugas-tugas ini, aku selalu melukis,” jawabku.
“Kau ini. Tak pernah berhenti melukis. Pantas saja waktu tidurmu kurang. Apa kau tak bisa meninggalkan hobimu yang satu ini?”
“Aku tak bisa meninggalkan itu, Milky-chan. Itu hobiku sejak kecil. Dan suatu saat aku ingin mengadakan pameran lukisan. Semua lukisanku akan ku bawa ke Indonesia. Dan aku ingin menjadi pelukis terkenal,” jelasku.
“Um, kalau begitu aku boleh memintamu untuk melukis wajahku? Tapi bukan sekarang. Aku ingin suatu saat jika kita sama-sama punya waktu senggang,” usulnya.
“Boleh saja. Dengan senang hati.”
                              ↔↔↔↔
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Kami memutuskan untuk pulang.

“Kira-kira besok jam berapa kau akan pergi ke Tokyo?” tanyaku.
“Besok aku akan berangkat jam 6 pagi. Kalau begitu aku pulang dulu. Bye.”
“Mau ku antar?” tawarku.
“Ah, tidak usah. Terima kasih.” tolaknya sambil tersenyum.

Kemudian kami kembali menuju rumah masing-masing.
                              ↔↔↔↔
“Hei, kau sedang melamun apa?” Tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkanku. Ternyata Koike.
“Ah, apalah kau ini? Tidak. Aku tak melamun apa-apa,” jawabku.
“Hahaha. Aku tahu kau sedang melamun Milky, kan?” ledeknya.
“Tidak, Koike. Aku sedang memikirkan masa depanku. Aku berpikir suatu saat nanti negeriku akan menaklukkan negerimu,” ujarku.
“kau ini bicara apa? Di negerimu saja banyak motor dan mobil buatan negeriku.”
“Iya memang. Tapi suatu saat nanti aku yang akan menaklukkannya.”
“Hahaha. Kau ini. Aku tahu kau sedang galau. Kau memikirkan Milky, kan? Makanya bicaramu ngelantur.”
“Ya, begitulah.” desahku lirih.
“kalau begitu sesekali ajak dia menonton konser L’arc~en~Ciel. Atau kau datang ke teater NMB48,” sarannya.

“Sebenarnya aku ingin sekali mengajaknya. Namun karena dia seorang idol dan ada Golden Rules yang harus ia jalani. Tak boleh ada orang yang punya hubungan spesial dengannya, kan? Ia adalah milik seluruh fans-nya. Apalagi jika ada paparazzi yang mengintainya. Bisa jadi ia akan terkena skandal. Aku tak ingin ia didepak dari grup-nya,” jelasku.

“Benar juga, ya. Sejujurnya aku tak tahu saran apa lagi yang harus ku berikan padamu. Suatu saat nanti ia pasti mengetahui perasaanmu. Aku yakin setelah ia lulus *dari NMB48* lalu menjadi artis terkenal, ia akan mencintaimu.”
“Arigatou, Koike. Kalau begitu aku pulang dulu, ya. Hari ini aku ada job melukis lagi,” aku pamit pulang.
“OK. Selamat bekerja, brother.”
                              ↔↔↔↔
Aku sangat senang jika mendapat job melukis di tempat orang. Hasilnya lumayan untuk membiayai hidupku di negeri ini. Disini aku bisa mengekspresikan perasaanku. Apalagi mereka sangat senang dengan lukisan abstrak yang ku buat. Nilai seninya sangat tinggi. Mereka berani membayar mahal lukisanku.

Memang kebanyakan lukisanku adalah lukisan abstrak. Tapi aku juga punya lukisan lain seperti pemandangan, bunga, hewan, dan yang lain. Aku juga pernah melukis wajah Milky. Lebih dari satu kali. Salah satunya selalu ku pandangi sebelum tidur. Dengan diiringi lagu “Flower” sebagai pengantar tidur.

Hari ini aku akan menonton konser L’arc~en~Ciel. Mereka mengadakan konser di Namba. Dekat dengan teater NMB48. Aku segera menuju ke sana dengan hati gembira.

Sebagai pembuka, mereka menyanyikan lagu “The 4th Avenue Cafe”, satu album dengan “Flower”. Kemudian dilanjutkan dengan lagu-lagu dari album yang lain. Konser kali ini benar-benar seru.

“Konbanwa, minna-san,” Hyde sang vokalis berbicara. “Aku ingin satu atau beberapa dari kalian menyanyikan satu lagu kami di atas panggung ini. Mungkin lagu itu akan menjadi persembahan untuk orang yang Anda cintai. Silakan,” lanjutnya.

Aku memberanikan diri untuk naik ke atas panggung. Kata Koike suaraku sangat bagus. Aku akan menyanyikan lagu Flower yang ku persembahkan pada Milky.

Kemudian Hyde memberikan microphone-nya padaku. “Silakan.”
“Konbanwa, minna-san. Perkenalkan namaku Arjuna. Aku seorang mahasiswa dari Indonesia yang kuliah di Osaka. Di panggung ini aku ingin menyanyikan lagu Flower yang ku persembahkan pada kami-oshi ku di NMB48, Watanabe Miyuki. Semoga dia menyukai penampilanku.”

Kemudian para personil memainkan intronya. Aku melihat Hyde memainkan harmonika. Aku menyanyikan lagu itu dengan penuh penghayatan. Para penonton sangat senang melihat penampilanku. Aku mendapat tepuk tangan yang meriah, terutama dari fans wanita.
Setelah konser selesai, ada seorang crew yang memanggilku, “Arjuna-san.”
Aku menoleh ke belakang, “Ada apa?”
“Kau tadi yang menyanyi algu Flower, kan? Tadi rekaman penampilanmu disimpan dalam DVD ini.”, katanya sambil menyerahkan DVD itu padaku. “Semoga kau bisa melihat penampilanmu.”
“Arigatou,” jawabku.
                              ↔↔↔↔
“Arjuna-kun.”. Ada seseorang yang memanggilku. Mirip dengan suara Milky.
“Iya. Ada apa?” tanyaku datar.
“Kau ini. tak biasanya bersikap dingin seperti itu. Kalau aku kembali biasanya kau sangat senang.”
“Iya, iya. Aku senang kau kembali. Kira-kira kapan kau pulang?” aku bertanya lagi.
“Baru kemarin malam. Oh, ya, waktu L’arc`en`Ciel mengadakan konser, aku melihatnya. Live streaming. Kebetulan saat itu aku sedang istirahat.” ujarnya.
“Benarkah? Apa kau menyukainya?”
“Suka. Aku sangat suka. Dan aku tak menyangka ternyata Arjuna-kun merupakan salah satu fans-ku.”
“Iya, Milky-chan. Aku memilihmu sebagai kami-oshi ku,” jawabku.
“Tapi aku belum pernah melihat Arjuna-kun datang ke teater,” ujarnya dengan ekspresi yang dibuat melas.
“Memang. Aku belum pernah ke teater. Mendaftar fans resmi NMB48 saja belum ku lakukan. Aku terlalu sibuk melukis. Tapi tenang, Milky-chan, aku akan selalu mendukungmu.”
“Arigatou, Arjuna-kun. Tapi mengapa kau memilihku sebagai kami-oshi mu? Mengapa bukan Saya-nee atau member yang lain?”
“Di NMB48, aku melihatmu seperti bunga yang tak pernah layu. Karena kau selalu berada dalam senbatsu. Walaupun terkadang posisi centermu kau bagi dengan Saya-nee. Itu berarti manajemen selalu melihat potensi serta usaha kerasmu. Sementara di AKB48, kau sedang berusaha menjadi bunga yang ingin bersaing dengan bunga-bunga lain yang sudah mekar,” jelasku.
“Wah, ternyata Arjuna-kun paling mengerti usaha kerasku. Arigatou, Arjuna-kun. Oh, ya, apakah hari ini kau ada job melukis?”
“Kebetulan tidak ada. Memang kenapa?”
“Aku ingin kau melukis wajahku. Kebetulan hari ini aku sedang tidak ada latihan. Ku tunggu di tempat biasa.” Kemudian ia berlalu pergi.
“Asyik,” seruku dalam hati. Kemudian aku pulang mengambil peralatan melukis.
                              ↔↔↔↔
Aku melukis wajah Milky dengan hati gembira. Aku terpacu oleh imajinasiku. Di sini aku bisa menggambarkan senyum bibirnya yang merekah dan kulitnya yang berwarna putih susu. Seperti lukisan-lukisan Milky-ku sebelumnya. Dan hasilnya, tampak cantik dan kawaii seperti aslinya.
“Nah. Selesai,” ujarku.
“Wah, bagus sekali, Arjuna-kun. Kau memang berbakat. Semoga kau bisa menjadi pelukis terkenal.”
“Terima kasih, Milky-chan,” jawabku.
“Apakah lukisan ini boleh ku bawa pulang?” tanyanya.
“Tentu saja boleh. Agar kau selalu ingat siapa pelukis itu. Hahaha,” candaku.
“Ah, kau ini bisa saja. Jangan lupa bubuhkan tanggal, tanda tangan, dan namamu,” ia mengingatkanku.
“Oh,ya. Gomen. Aku lupa,” Kemudian aku membubuhkan tanggal, tanda tangan, dan namaku dalam lukisan itu.
                              ↔↔↔↔
*Intro*
Sou kidzuiteita gogo no hikari ni mada
Boku wa nemutteru
Omoidouri ni naranai shinario wa
......

Lagu “Flower” terdengar dar ponselku secara tiba-tiba. Siapa yang menelpon? Oh, ternyata ayahku. Ada apa beliau menelponku malam ini?

“Iya, Ayah?” aku memulai.
Segeralah pulang ke Indonesia. Ayah sudah tidak punya apa-apa lagi sekarang,” jawabnya.
“Um, maksud Ayah?” tanyaku.
“Perusahaan ayah baru saja bangkrut, Arjuna. Rumah yang kita tempati akan disita oleh Bank. Ayah ditipu oleh oleh kepercayaan ayah. Kita hanya diberi waktu satu minggu untuk pindah. Dan rumah yang kau tempati di Jepang, rencananya akan dibeli teman ayah.”

Aku tak percaya mendengar pengakuan ayah. Secepat itukah usaha ayah hancur? Aku tak dapat membiarkan begitu saja. Aku harus membantunya.
“Baiklah, Ayah. Aku akan pulang ke Indonesia. Mungkin 2 hari lagi. Karena aku harus mengurus pengunduran diri dari universitas,” jawabku.
“Baiklah. Ayah tunggu.”
“Eh, tunggu sebentar, Ayah. Aku minta tolong agar lukisan-lukisanku yang berada di kamar selamat. Aku akan menjual dan melelang lukisan-lukisan itu,” tambahku.
“Ok. Ayah setuju. Tapi setelah dilelang, ayah ingin kau menjadi pelukis terkenal. Agar keluarga kita jaya seperti dulu lagi.”
“Beres, Yah. Aku yakin akan bisa mewujudkannya. Itu adalah cita-citaku sejak kecil.
“Baiklah kalau begitu. Sampai bertemu di Indonesia.” Kemudian ayah menutup telponnya.
                              ↔↔↔↔
Bagaimana ini? apakah secepat ini aku harus meninggalkan Jepang? Meninggalkan kampus, dan meninggalkan Milky? Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan. Aku belum menyatakan perasaanku padanya.

Yang terpenting saat ini hanyalah menyelamatkan ekonomi keluargaku. Namun aku juga tidak ingin kuliahku terbengkalai –walaupun sering mendapat nilai D-. Juga perasaanku terhadap Milky, serta karirku sebagai pelukis amatiran.

Kemudian dalam benakku tersirat, bagaimana jika aku menulis surat untuk Milky. Aku ingin ia tahu bahwa aku sangat menyukainya. Lebih dari fans yang menyukai oshinya. Dan aku akan memberinya DVD yang berisi video saat aku menyanyi sebagai kenang-kenangan.

Selanjutnya aku harus mengurus pengunduran diri dari universitas. Aku berharap mereka mengabulkan permintaanku. Selanjutnya, suratku untuk Milky akan kutitipkan pada Koike beberapa jam sebelum kembali ke Indonesia.
                              ↔↔↔↔
Dear Milky-chan

Aku tahu memang berat mengatakan sesuatu yang mengganjal di pikiran kita. Namun aku harus mengatakannya sebelum aku meninggalkan negeri ini. aku akan kembali ke Indonesia, meninggalkan kampus, meninggalkanmu, dan meninggalkan semuanya.
Aku ingin kau tahu bahwa aku sangat menyukaimu. Bukan karena kau adalah kami-oshiku. Tapi rasa ini datang dari hatiku sejak pertama kita bertemu. Karena ada Golden Rules, aku tak bisa memilikimu. Iya, kan?

Jika suatu saat nanti kau lulus dari grupmu dan berkarir menjadi seorang artis, aku berharap bisa bertemu denganmu lagi. Aku akan menggapai cita-citaku di negeriku sendiri. Aku ingin kau menyimpan lukisanku dengan baik.
Sayounara

Arjuna
                              ↔↔↔↔
Hari ini adalah hari yang ku tunggu. Hari dimana aku harus kembali ke Indonesia. Aku beruntung karena diijinkan keluar dari kampus. Surat dan DVD-ku untuk Mily sudah ku titipkan kepada Koike.

Selamat tinggal Jepang

Selamat tinggal Milky

Sayounara
                              -TAMAT-

You May Also Like

0 komentar

About Me