Book Review : Bulan Merah



Judul Buku                  : BULAN MERAH : Kisah Pembawa Pesan Rahasia
Pengarang                   : GIN
Penerbit                      : Qanita
Tahun Terbit                : Agustus 2014 (Cetakan I)
Editor                         : Indradya SP
Desain Sampul            : Agung Wulandana
Proofreader                : Ocllivia D.P
ISBN                         : 978-602-1637-33-3
Tebal Buku                 : 256 halaman ; 20,5 cm




“Bulan Merah itu tidak ada.”
“Selebaran tentang pertunjukannya Cuma main-main saja. Aku tak pernah menemukan mereka seperti yang tersebut di sana.”
“Omong kosong itu Bulan Merah”
“Keberadaannya tak lebih dari dongeng pengantar tidur belaka, bualan bagi orang-orang yang mimpinya setinggi bulan.”
(hal.16)



Bulan Merah. Tak banyak orang mengetahuinya. Lantaran pertunjukannya digelar secara tiba-tiba. Sejarah juga tak sempat mencatat perjuangannya.

Bulan Merah, adalah kelompok musik keroncong yang berdiri di masa penjajahan Belanda. Terlahir dari Bumi dan Siti. Kakak beradik yang sedari kecil dirawat oleh Rawi, teman dekat ayah mereka. Bulan Merah bukanlah kelompok musik biasa. Mereka memiliki misi untuk membawa pesan-pesan perjuangan, yang disisipkan ke dalam lirik lagu gubahan mereka.



Bumi tahu betul hal itu. Tidak boleh sembarang orang. Ia harus menentukan dengan benar siapa saja yang akan bergabung. Selain kemampuan bermusik yang mumpuni, latar belakang kehidupannya sangat menentukan apakah mereka bisa bergabung atau tidak. (hal.92)

 Dari proses seleksi pemain, persiapan pertunjukan, hingga disebarnya selebaran, harus dilakukan dengan hati-hati. Karena Bumi dan para anggota lainnya tidak ingin ketahuan patroli yang akan datang dan membubarkan pertunjukannya.

***

Sedikit cerita mengenai Bulan Merah karya GIN bisa ada di tangan saya. Awalnya saya mengikuti Bulan Merah Keliling Nusantara lantaran penasaran dengan judulnya. Bulan Merah. Bulan di langit yang berwarna Merah. Sekilas terdengar mengerikan. Tetapi setelah membaca beberapa review, saya jadi tahu kalau latar novel ini terjadi di masa penjajahan.

Dan Mas Gin Teguh memberikannya pada bulan Agustus, bulan kemerdekaan Republik Indonesia. Buku ini sangat cocok dibaca saat merayakan HUT kemerdekaan dengan mengingat perjuangan para pribumi yang ingin melepaskan diri dari penjajah. Dan cara Bulan Merah berjuang, saya anggap berbeda. Mereka membawa pesan rahasia melalui musik keroncong yang dibawakan dalam sebuah pertunjukan.

Walaupun bertema perjuangan, Mas Gin Teguh tidak lupa memberikan bumbu-bumbu romansa yang terjadi diantara Siti, dan dua lelaki yang menyukainya. Selain itu, ada beberapa ulasan mengenai nyawa-nyawa dalam musik keroncong melalui dialog yang diucapkan oleh Rawi, serta beberapa bait lagu yang ditulis dengan ejaan lama.

Saya sangat menikmati novel ini. Dan tanpa terasa, saya jatuh cinta pada...Bumi.

Dan saya memberikan bintang empat untuk Bulan Merah. Terima kasih, Mas Gin.

You May Also Like

0 komentar

About Me